Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi subsidi BBM, LPG dan listrik tahun ini lebih besar dibandingi tahun 2021. Terjadi peningkatan volume BBM dan LPG seiring dengan meningkatnya kesibukan masyarakat ketika ini.
Pengaplikasian BBM hingga bulan Februari mengalami peningkatan menjadi 1,39 juta kiloliter dari sebelumya cuma 1,18 juta kiloliter. Volume gas LPG juga mengalami kenaikan menjadi 632,7 juta kilogram dari sebelumnya, 603,2 juta kg. Walaupun jumlah pelanggan listrik bersubsidi ikut serta naik dari 37,2 juta menjadi 38,2 juta.
Akhirnya, pada jangka waktu hal yang demikian terdapat lonjakan pembayaran subsidi sebesar Rp 11,48 triliun, dibandingi tahun sebelumnya pada jangka waktu yang sama cuma Rp 10,08 triliun.
“Tahun ini ada lonjakan Rp 11,48 triliun, ini subsidi reguler kita, namun masih ada sisa pembayaran subsidi tahun 2021 sebesar Rp 10,17 triliun,” kata Sri Mulyani dalam konferensi APBN KiTa, Jakarta, Senin (28/3/2022).
Semenjak tahun lalu kata Sri Mulyani telah ada kenaikan harga komoditi, tapi belum ada perubahan biaya pada pada BBM, LPG dan listrik. Artinya, bobot pemerintah membayar subsidi daya ini kian besar.
“Tahun lalu telah ada kenaikan komoditi seperti BBM yang telah mengalami kenaikan, namun tak ada perubahan harga. Malah masih ada yang menerima diskon listrik,” kata ia.
Kurang Bayar Terus
Akhirnya, tahun lalu terdapat kenaikan signifikan pada subsidi kurang bayar tahun 2021 yaitu Rp 10,17 triliun.
Ia memperkirakan subsidi yang dibayarkan pemerintah akan kian besar sebab harga komoditi dunia terus merangkak naik. Sementara pemerintah belum menjalankan penyesuaian harga tingkat masyarakat.
“Hingga ketika ini harga daya belum ada perubahan, imbasnya subsidi akan lebih besar,” kata ia.